Prospek Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Tahun 2014

A.    Latar Belakang
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI Nomor:. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
       UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. Ukm ini juga sangat membantu negara/pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu ukm juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. Ukm ini perlu perhatian yang khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar.
Dalam menghadapi persaingan di Zaman Era Globalisasi yang sedang bergulir tahun 2014, UKM  Republik Indonesia dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar. Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-an. Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya antara industri yang satu dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan konsep blue ocean strategy.

B.    Forum AFEC 2013 di Nusa Dua Badung Bali, Suatu Prospek yang Baik Untuk  Penguatan UKM IndonesiaTahun 2014.

UKM di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Para enterpreniur UKM mendapat angin segar untuk terus mengembangkan produk usahanya, sebagaimana salah satu kesepakatan pertemuan para menteri koperasi/UKM dari anggota APEC,  dalam pertemuan tingkat menteri-menteri UKM se-Asia Pasifik ke-20 pada tanggal, 2-7 September 2013  di Nusa Dua, Badung Bali.  Negara-negara yang tergabung dalam APEC sepakat  untuk  mendorong pelaku UKM agar bisa meningkatkan arus ekspor-impor dari dan ke negara, artinya  sebagai konsekuensi dari integrasi ekonomi, telah terbuka peluang cukup lebar untuk melakukan penetrasi pasar, baik  bagi pelaku UKM termasuk dari  Indonesia ke negara lainnya atau sebaliknya dari negara lain ke Indonesia.
Bagi Indonesia pentingnya peningkatan kapasitas UKM melalui fasilitasi, utamanya dalam mengantisipasi gejolak ekonomi global dewasa ini, telah menjadi suatu prioritas, dan   menjadikannya sebagai salah satu usulan topik bahasan dalam agenda  APEC tersebut. Indonesia  juga telah merumuskan langkah kongkrit untuk peningkatan kapasitas pelaku UKM,  pada pertemuan KTT APEC 2013, yang intinya bermuara pada fasilitasi kepada para pelaku UKM agar bisa meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi persaingan global. Melalui APEC tersebut,  Indonesia juga menjajaki kerja sama pengembangan UKM dalam berbagai bidang dengan sejumlah negara-negara anggota APEC, di antaranya China Taipeh, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. Penguatan UKM sebagai bantalan dalam menjamin pertumbuhan ekonomi regional merupakan langkah terobosan yang diinisiasi Indonesia karena UKM terbukti  paling resisten mampu bertahan dari guncangan ekonomi global.
Semakin majunya perkembangan volume kerjasama ekonomi APEC khususnya dalam peningkatan penguatan UKM menempatkan posisi strategis mengingat sekitar 60 persen PDB dunia atau kurang lebih 40 triliun dollar AS disumbangkan oleh negara yang tergabung dalam APEC,  dengan total penduduk mewakili 40 persen penduduk dunia. Dari sektor perdagangan, separuh (hampir 50 persen) dari pangsa pasar ekspor-impor dunia juga dikontribusikan oleh negara-negara yang tergabung dalam APEC. Dari data statistik menunjukkan bahwa, dalam kurun 1989-2011, nilai perdagangan kawasan APEC meningkat terus mencapai angka kurang lebih 20 triliun dollar AS dengan penurunan tariff yang dapat ditekan hingga 5 persen. Kerjasama ekonomi APEC juga berhasil meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar  10,8% dalam kurun waktu 1 dekade (1999-2009) sehingga tingkat kemiskinan di kawasan APEC dapat ditekan dan berkurang 35% sepanjang 1999-2009.
Dengan adanya penguatan UKM  diharapkan dapat menjawab berbagai persoalan terkait dengan menjaga pertumbuhan ekonomi ditengah krisis keuangan global, mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja dan  mengatasi masalah pengurangan kemiskinan.Forum APEC yang diadakan di Bali, dapat dijadikan momentum untuk melakukan penjajakan dan pengembangan kerja sama bilateral dengan enam negara anggota APEC, seperti dengan China Taipeh, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang. Pengembangan kerjasama  dan penguatan UKM dalam kerangka saling menguntungkan dan kesetaraan diyakini akan mampu menggerakkan roda perekonomian regional  yang akan berkonstribusi positif dalam memastikan ekonomi jajaran APEC memiliki ketahanan yang lebih tinggi (resilience) serta menjadi engine (mesin pertumbuhan) bukan hanya di kawasan tetapi juga di dunia.  Di samping hal tersebut, forum APEC diharapkan dapat menjadi wahana meningkatkan kerjasama mutual benefit bagi para anggotanya, kisah sukses penerapan program penumbuhan kewirausahaan di Indonesia bisa dijadikan "best practice" yang ditawarkan kepada negara anggota APEC lain yang tertarik untuk menggali pengalaman soal itu. Dilain pihak, kisah sukses negara mitra dalam pengembangan UKM juga dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.
Seperti kita ketahui bersama, Amerika Serikat memiliki budaya etik bisnis tinggi dan penggunaan teknologi yang sudah maju, Jepang sukses dengan penerapan One Village One Product (OVOP), China Taipeh selama ini dikenal sukses dalam mengembangkan bisnis UKM-nya dalam segala bidang, Singapura yang sukses mengembangkan sektor ritelnya yang sebagian besar berbasis koperasi dan UKM serta  Korea Selatan,  dengan pengembangan "green business technology". Bagi Indonesia peran strategis UKM dalam struktur perekonomian sangat penting untuk ditingkatkan konstribusinya melalui penguatan UKM  sebagai sektor usaha yang tidak berkaitan ataupun memiliki utang luar negeri terbukti berdaya tahan tinggi menghadapi krisis ekonomi, karena sektor usaha ini menggunakan input lokal hampir 99,99 persen. Sampai saat ini menunjukkan, sektor UKM di Indonesia juga merupakan pelaku usaha terbesar dari sisi jumlah unit usaha yang mencapai 99% dari total pelaku usaha nasional pada tahun 2012.Sebanyak 54.559 unit usaha atau 98,82% di antaranya merupakan usaha mikro dengan aset maksimal Rp 50 juta dan omzet per tahun maksimal Rp 300 juta.Kontribusi UMKM terhadap penciptaan PDB (produk domestik bruto) nasional menurut harga berlaku, tercatat mencapai 57%.
Dengan demikian UKM juga merupakan pemasok bagi perusahaan yang berorientasi ekspor sehingga usulan Indonesia untuk menjadikan penguatan UKM sebagai salah satu usulan bahasan dalam APEC 2013, merupakan langkah tepat yang perlu mendapatkan dukungan internal, khususnya dalam mempersiapkan langkah-langkah konkrit agar prospek UKM Indonesia memiliki daya saing dan perluasan penetrasi pasar guna memenangkan persaingan global. Upaya-upaya untuk terus meningkatkan daya saing produk UKM dan meningkatkan penetrasi pasar internasional merupakan suatu keniscayaan, berbagai langkah perlu terus ditingkatkan dalam memacu kreativitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam  penyajian desain, sebagai keunggulan UKM Indonesia, apalagi bila dikaitkan dengan kearifan budaya lokal, Indonesia mempunyai potensi disain yang lebih kaya.
Sukses Indonesia dalam mengembangkan KUR sebagai akses pembiayaan UKM perlu terus ditingkatkan penyebarannya, guna menjawab permasalahan lambannya akumulasi kapital di kalangan UKM. Kalangan perbankan terus didorong untuk menjadi pelopor mengembangkan potensi perekonomian dengan menumbuhkan wirausahawan melalui dukungan akses permodalan bagi pengembangan wirausaha baru di sektor UKM. Kesatupaduan langkah perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan kapasitas UKM lewat  workshop atau pelatihan manajerial yang diarahkan agar mampu mendorong penguatan produk UKM yang berorientasi ekspor dengan mutu yang lebih berkualitas dan sesuai pasar atau keinginan konsumen. Daya saing  UKM yang tinggi hanya ada jika ada keterkaitan antara yang besar dengan yang menengah dan kecil. Oleh sebab itu, melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak  perlu terus dikembangkan.
            C. Manajemen Pemasaran UKM
Dengan semakin terbukanya pasar ekonomi APEC  maka pengembangan jaringan usaha, pemasaran dan kemitraan usaha menjadi satu strategi yang  perlu terus  diperluas dengan berbagai macam pola jaringan,  dalam bentuk jaringan sub kontrak maupun pengembangan kluster. Dengan metode jaringan usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UKM di Indonesia. Sedangkan pola pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster, diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam klaster bisnis sehingga mempunyai peluang untuk menjadi produk yang mempunyai keunggulan kompetitif dan dapat bersaing di pasar global (locally connected dan globally competitive) .
Selain jaringan usaha, jaringan pemasaran juga  perlu terus diperluas melalui berbagai macam strategi misalnya kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri, pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta pengembangan situs-situs UKM di seluruh kantor perwakilan pemerintah di luar negeri.
Peningkatan akses teknologi  dan penguasaan teknologi merupakan salah satu faktor penting bagi pengembangan Usaha Kecil Menengah. Di negara-negara maju keberhasilan usaha kecil menengah ditentukan oleh kemampuan akan penguasaan teknologi.
Strategi yang perlu dilakukan dalam peningkatan akses teknologi bagi pengembangan usaha kecil menengah adalah memotivasi berbagai lembaga penelitian teknologi yang lebih berorientasi untuk peningkatan teknologi sesuai kebutuhan UKM.
Pengembangan pusat inovasi desain sesuai dengan kebutuhan pasar, pengembangan pusat penyuluhan dan difusi teknologi yang lebih tersebar ke lokasi-lokasi Usaha Kecil Menengah dan peningkatan kerjasama antara asosiasi-asosiasi UKM dengan perguruan Tinggi atau pusat-pusat penelitian untuk pengembangan teknologi UKM perlu terus ditumbuhkan.
           D.  Kesimpulan
Dengan adanya diselenggarakan APEC 2013, diharapkan dapat  dijadikan peluang bagi penguatan UKM , pemasaran, dan kemitraan usaha menjadi satu strategi sehingga dapat ditransformasikan mendukung penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi, dan ekspor Indonesia  dalam mendukung Prospek pertumbuhan ekonomi   yang berkelanjutan dan adil di tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA
1.    Eddy Cahyono Sugiarto, (2013). Prospek Ekonomi Indonesia 2014, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan.
2.    Jamin Yasa, I Made, (2010), Melalui Kemitraan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Dapat   Berkembang dengan Baik, Jurnal Ilmiah SARATHI, Vol 31, Kajian Teori dan Masalah Sosial Politik, Fisip Universitas Warmadewa.
3.    Jamin Yasa, I Made, (2013), Merancang Strategi Pemasaran Bagi Para Pedagang, Buletin Visi Economica Edisi 34,  Fakultas Ekonomi Universitas Warmadewa.
4.    Jamin Yasa, I Made, (2011), Kemitraan Ekonomi Kerakyatan, Materi Pelatihan PNPM-MP Kota Denpasar
5.    Jamin Yasa, I Made, (2012), Strategi Mengelola Ekonomi Rumah Tangga, Majalah                  Singhadwala, Edisi ke 46/Tahun XXVIII, Unwar 


Posted by Bank Amin - Non Reguler FE Unwar
PENGUMUMAN PENTING : =======>>> Kepada Mahasiswa Angkatan Tahun 2015 Kelas Non Reguler FE Unwar Bahwa Ada Pemecahan KELAS Menjadi E8 dan E9, Daftar Dapat Di Unduh Pada Pengumuman Jadwal Kuliah.